SEJARAH SINTREN
Kebudayaan
merupakan suatu hasil karya manusia yang berupa seni, adat, keyakinan, dan
pengetahuan. Pada umumnya kebanyakan orang mendefinisikan kebudayaan berupa
sebuah kesenian dan adat istiadat yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu, salah
satu dari bentuk kebudayaan yang sering kita lihat adalah seni tari yang mana
disajikan dengan berbagai gerakan yang indah dan biasanya memiliki pesan
tertentu yang akan disampaikan pada orang yang melihatnya.
Salah satu
kesenian yang ada di Cirebon adalah seni tari yang disebut dengan tari sintren,
kesenian tari sintren ini merupakan seni tari khas dari daerah Cirebon. Setiap
hal pasti punya sejarahnya sendiri, Sintren pun demikian. Sejarah yang melatar
belakangi tarian ini adalah kisah cinta antara Raden Sulandono dan Putri
Sulasih yang berasal dari Desa Kalisalak. Raden Sulandono merupakan putra dari
Ki Bahurekso, bupati Kendal dengan Dewi Rantamsari atau dikenal sebagai Dewi
Lanjar. Hubungan asmara antara Raden Sulandono dan Putri Sulasih tidak di setujui
oleh Ki Bahurekso. Akhirnya Sulasih mengabdikan dirinya sebagai penari
sedangkan Raden Sulandono pergi bertapa. Sang roh ibu dari Raden Sulandono
yaitu Dewi Lanjar sedang mengatur pertemuan Raden Sulandono dengan Putri
Sulasih. Ia memasukkan roh bidadari pada tubuh Sulasih dan memanggil Raden
Sulandono, anaknya yang saat itu sedang bertapa. Raden Sulandono dan Putri
Sulasih tetap bertemu di alam gaib hingga saat ini. Sejak saat itu masyarakat
mengadakan tarian sintren di setiap acara-acara tradisional. Seni tari sintren
sendiri mengandung unsur magis sehingga tidak boleh untuk dibuat main-main,
tari sintren ini biasanya di tarikan oleh seorang wanita yang masih suci dengan
mengenakan kostum khusus dan berkacamata hitam, sebelum melakukan tarian sintren
ini biasanya sang penari akan masuk ke dalam sebuah kurungan yang ditutup oleh
kain.
Kostum yang
di gunakan oleh sang penari sintren ini adalah baju golek, baju tanpa lengan
yang biasa di pakai dalam Tari Golek. Untuk bagian bawah biasanya memakai kain jarit
dan celana cinde. Bagian kepala menggunakan Jamang (hiasan untaian bunga melati
di samping kaan dan koncer di bagian telinga). Aksesoris lainnya adlah sabuk
sampur (selendang), dan kaos kaki hitam atau putih serta kaca mata hitam yang
di gunakan untuk penutup mata karena sang penari sintren ini selalu memejamkan
matanya saat menari atau dalam keadaan tidak sadar.
Lebih dalam
mengenai sintren, tarian sitren merupakan sebuah seni tari tradisional dari
daerah Cirebon yang mengandung unsur magis. Meskipun khas Cirebon, tapi
beberapa daerah lain juga di ketahui mempunyai atau memiliki tarian yang sama.
Misalnya Indramayu, Majalengka, Banyumas, Kuningan, Tegal, Pemalang, dan
wilayah Jawa Tengah yang lain. Tarian Sintren di beberapa kota ini tak memiliki
perbedaan yang mencolok dan kurang lebih hampir sama antara satu dengan yang
lainnya.
Nama sintren
yang ada pada tarian ini ternyata merupakan gabungan dari dua kata yakni si dan
tren
yang mana dalam bahasa jawa kata kata Si merupakan sebuah ungkapan panggilan
yang memiliki arti ia atau dia, sedangkan kata tren berasal dari kata tri atau
putri sehingga sintren memiiki arti si putri atau sang penari.
Untuk
menjadi seorang penari sintren ini di butuhkan syarat khusus yaitu harus dalam
keadaan suci dan bersih, sebelum melakukan pementasan maka sang penari harus
melakukan puasa terlebih dahulu dan menjaga agar tidak berbuat dosa, hal ini di
tujukan agar roh yang masuk ke dalam tubuh sang penari sintren ini tidak akan
mengalami kesulitan untuk memasuki tubuh sang penari.
Kesenian
tari sintren ini pada mulanya di pentaskan pada waktu yang sunyi disaat malam
bulan purnama karena kesenian tari sintren ini berhubungan dengan beberapa roh
halus yang akan memasuki tubuh sang penari, namun kini pementasan tari sintren
tidak lagi dilakukan pada saat malam bulan purnama melainkan dapat juga di
pentaskan pada saat siang hari dan bertujuan untuk menghibur wisatawan serta
bisa juga untuk memeriahkan acara hajatan.
Di dalam
pagelaran tari sintren ini biasanya terdapat empat bagian, yaitu :
1. Dupan
Dupan merupakan ritual berdoa bersama untuk mendapatkan keselamatan dan
agar terhindar dari mara bahaya selama pertunjukkan berlangsung.
2. Paripurna
Paripurna adalah bagian penting saat pawing menyiapkan seseorang untuk
menjadi sintren yang di temani oleh empat penari wanita lainnya untuk di
jadikan sebagai dayang. Dalam paripurna, pawang segera menjadikan sang penari
sintren melalui tiga tahap. Pertama, pawang memegang kedua tangan calon penari
sintren, kemudian diletakkan di atas asap kemenyn sambil mengucap mantra,
selanjutnya calon penari sintren di ikat dengan
tali yang dililitkan ke seluruh tubuh. Kedua, calon penari sintren dimasukkan
ke dalam kurungan ayam bersama busana sintren dan perlengkapan merias wajah.
Beberapa saat kemudian kurungan di buka, sintren sudah berdandan dalam keadaan
masih terikat oleh tali. Ketiga, setelah ada tanda-tanda sintren sudah siap
biasanya ditandai dengan bergetar/bergoyang pada kurungan, saat kurungan dibuka
sintren sudah lepas dari ikatan tali dan siap menari. Selama pertunjukkan
berlangsung pembakaran kemenyan tidak boleh berhenti.
3. Balangan
Balangan merupakan tradisi lempar duit (uang) yang dilakukan penonton ke
arah sang penari sintren.
4. Temahan
Temahan adalah dimana para penari sintren membawa nampan lalu kemudian
berjalan ke arah para penonton untuk meminta tanda terima kasih dengan uang
se-ikhlasnya.
Tarian
sintren ini di lakukan oleh seorang gadis perawan yang di iringi enam orang
pemain gending. Musik yang di mainkan tidak hanya gendig saja melainkan alat
musik yang berbahan gambyung atau
tembikar serta kipas dari bambu sehingga dapat menimbulkan musik yang berciri
khas.
Unsur-unsur
dalam tarian sintren memiliki simbol masing-masing. Penari Sintren yaitu si
gadis perawan fokus sebagai pemain utamanya. Perlengkapan tarian seperti
kurungan besar, sesaji, tali, dan kemenyan sebagai doa pemanggil roh bidadari.
Gerakan sebagai simbol roh bidadari telah masuk dalam tubuh sang penari
sintren. Iringan musik tradisional dan tata rias sang penari sintren di
simbolkan bahwa penari sintren telah di kendalikan oleh roh bidadari.
Awalnya
tangan sang penari sintren ini di ikat oleh sang pawang dalam keadaan tidak
berdandan. Kemudian mereka memasukkan sang penari sintren ke dalam kurungan
yang sudah di balut kain. Dan ajaibnya setelah kurungan itu bergetar, maka sang
penari sintren akan keluar dari kurungan itu. Setelah itu sang penari sintren
tampil dengan penampilan yang berbeda dari keadaan yang semula. Kedua tangan
sang penari itu tidak terikat oleh tali lagi, penampilannya sudah berdandan
cantik dengan mengenakan kacamata hitam. Gadis penari tarian sintren ini siap
menari tanpa kendali atau menari dalam keadaan tidak sadar.
0 coment: