Kesenian adalah hasil budi daya manusia dalam menyatakan nilai-nilai keindahan yang menimbulkan rasa senang, bahagia, puas, haru, ...

NILAI ESTETIS TARIAN SINTREN CIREBON



Kesenian adalah hasil budi daya manusia dalam menyatakan nilai-nilai keindahan yang menimbulkan rasa senang, bahagia, puas, haru, nikmat, bangga, dan kagum pada orang lain maupun diri sendiri. Kesenian berkedudukan sebagai media komunikasi antar manusia, antara manusia dan alam, sesrta manusia dengan Sang Maha Pencipta (Yudosaputro dalam Jazuli 2011:127). Menurut Jazuli (2008:71) kesenian tradisional tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat  yang kemudian  diturunkan atau diwariskan secara turun temuruna dari satu generasi ke generasi lainnya, karena kesenian tradisional lahir diingkungan kelompok suatu daerah.

Kabupaten atau kota Cirebon merupakan daerah yang mempunyai berbagai jenis kesenian yang menyebar hingga ke pelosok pedesaan. Kesenian sintren merupakan kesenian rakyat yang mengandung unsur magis yang bersumber dari cerita rakyat Sulasih Sulandono. Pemeran utamanya dibawakan oleh seorang gadis yang  berusia belasan tahun atau yang masih suci. Kesenian tari sintren tersebar di sepanjang pesisir utara Jawa Tengah, yaitu Brebes dan Pekalongan, pantai selatan Jawa Tengah bagian timur yaitu Cirebon, Ciamis dan Indramayu.

Keseniaan sintren sudah lama muncul dan berkembang, munculnya kesenian tari sintren iini yaitu sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada roh nenek moyang dan Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hasil panen yang melimpah. Ungkapan terima kasih dilakukan oleh masyarakat secara rutin sehingga menjadi kebiasaan yang dilakukan secra terus menerus sampai sekarang.

Kesenian tari sintren memiliki bentuk yang sederhana baik dalam garapan atau dalam pertunjukkannya. Jazuli (2008:63)nmengatakan bahwa tari rakyat mempunyai ciri-ciri gerakannya tidak sukar dan pola lantai massih sederhana serta gerakannya sering diulang-ulang. Sementara gerak yang ditarikan oleh penari sintren adalah gerak  yang luwes, lembut serta lincah yang menggambarkan kecantikan dari seorang gadis yang masih suci. Rias penari sintren menggunakan jenis rias korektif yang memiliki sifat mempertegas wajah penari, sehingga membuat penari sintren terlihat lebih cantik. Didukung oleh busana yang menarik yaitu “mekak” (penutup badan) dengan bahan bludru yang diberi motif daun sulur, kemudian dihiasi oleh mute untuk mempercantik mekak. Mekak yang dipakai oleh penari sintren berwarna hitam yang memiliki symbol kebijaksanaan dan kematangan jiwa seorang penari yang dapat mempesona perasaan penonton.

Saat menari, penari sintren juga menggunakan kacamata hitam yang berfungsi sebagai mentup mata. Kacamata yang sering digunakan penari sintren merupakan salah satu ciri khas kesenian sintren yang berfungsi untuk menambah daya tarik serta sebagai sarana untuk mempercantiik penampilan atau pementasan.  Selama menari, penari sintren selalu memejamkan mata akibat adanya roh yang masuk ke dalam tubuh sang penari “in trance”. Hal ini dikarenakan penari sintren dimasuki rooh bidadari yang membuat penari sintren tidak sadar diri pada saat dirinya menari.

Iringan yang di gunakan untuk mengiringi pertunjukkan sintren adlah gamelan beralaskan slendro dan pelog. Jenis tembang yang biasa digunakan sebagai iringan kesenian tari sintren antara lain Turun Sintren, Laras Slendro, Midodari Ngger Ngger, Kembang Mawar, Laras Pelog,  Kembang Alang-alang. Penari sintren harus diperankan oleh seorang gadis yang masih suci dan perawan. Roh bidadari tidak dapat masuk kedalam tubuh penari bila penari sintren sudah tidak perawan. Sebelum pertunjukkan, penari harus melakukan ritual puasa selama tiga hari agar tubuh penari tetap keadaan suci. Penari aintren menari dengan tidak sadarkan diri, karena tubuhnya dirasuki oleh roh bidadari. Keunikan yang lain juga terdapat dalam adegan kurungan sntren, dimana penari yang belum menggunakan busana tari dan riasan di masukkan ke dalam kurungan dengan sintren sudah dalam keadaan cantik dengan menggunakan busana tari yang sederhana. Kelengkapan busana yang di kenakan menggambarkan kesiapan seorang penari yang akan tampil diatas pentas. Kehadiran seorang “bodor” (penari laki-laki) juga melengkapi keindahan kesenian sintren, Sintren dan bodor menari bersama mengikuti iringan yang  dimainkan. Bodor di perankan oleh anak laki-laki yang belum baligh (wawancara dengan Salamah pada tanggal 4 April 2015).

Kesenian sintren memiliki daya tarik yang sangat kuat yaitu tentang keindahan gerak-gerak penari yang ditarikan secara spontan dan seirama dengan iringan yang di mainkan, Kesenian tradisional sintren mengungkapkan nilai estetis yang terwujud melalui keluwesan, kelembutan, dan kelincahan seorang gadis yang sedang mencari jati dirinya. Nilai estetis kesenian sintren juga dapat di nikmati dari keharmonisan dan keselarasan antara gerak dan iringan.

Dibalik keunikan dan keindahan, kesenian sintren juga berfungsi sebagai sarana upacara ritual bersih desa, tolak bala, pemberian nama bayi yang baru lahir dan upacara meminta hujan. Seiring berjalannya waktu, kesenian tari sintren ini juga berfungsi sebagai sarana hiburan masyarakat. Kesenian tari sintren ini sebagai sarana hiburan masyarakat dapat di jumpai di berbagai acara seperti acara pernikahan, khitanan, bahkan HUT RI kemerdekaan.

Kesenian tari sintren ini masih bertahan di kecamatan bahkan kota Cirebon, keberadaannya dapat dilihat dari sering diadakannya pertunjukkan kesenian tari sintren diberbagai pihak seperti masyarakat dan pemerintah yang tergabung dalam sanggar budaya. Sanggar seni yang ikut berpartisipasi ambil bagian dalam melestarikan kesenian Sintren diantaranya Sanggar Klapa Jajar, Samggar Sekar Pandan, Sanggar Gupay Rasa, dan masih banyak lagi.

Awal pertunjukkan  kesenian suntren iini diawali dengan mempersiapkan alat music yang akan dipakai, kemudian menyediakan sesaji dan membakar kemenyan. Awal pertunjukkan di dahului dengan doa yang diucapkan pawang dengan tangan kanan memegang kepalla penari sintren dan tangan kiri memegang pundak penari sintren. Posisi penari sintren yaitu duduk dengan perlengkapan kostum dan perlengkapan tata rias yang diletakan di atas nampan. Beberapa menit kemudian kepala penari tertunduk dan tidak sadarkan diri. Kemudian pawang memasukkan penarii sintren ini ke dalam kurungan sambil mengucapkan mantra, lalu pawang mengelilingi kurungan dengan membawa kemanyan< kemudian diletakkan di depan kurungan.

Pada saat pawang meletakkan kemenyan di depan kurungan, sinden mulai menyanyi umtuk mendatangkan roh bidadari di iringi oleh pemain music. Roh bidadari di datangkan dengan maksud agar sintren menjadi intrance (kesurupan), yaitu melakukan perbuatan diluar kemampuan manusia biasa. Empat menit kemudian, secara spontan kurungan bergerak-gerak, pertanda penari sintren sudah siap dan kurungan harus dibuka. Setelah kurungan dibuka oleh pawang, secara menakjubkan penari sintren yang pada awalnya memakai baju biasa, berubah menjadi cantik dengan  menggunakan busana tari dan riasan yang cantik. Selain itu, mata penari  terpejam dengan menggunakan kacamata hitam sebagai  ciri khas dari kesenian sintren. Kemudian penari sintren berdiri dan menari mengikuti irama gending. Gerakan tari yang di lakukan oleh penari sintren bukan atas kemauan penari sintren itu sendiri, melainkan karena adanya roh bidadari yang memasuki tubuh sang penari. Gerakan yang ditarikan oleh penari sintren pada saat pertunjukkan antara lain sembahan, salaman, lembehan, sari lengkung, geol  bokong, ngoyok, belulukan, kosoki. Tidak ada pola gerakan yang digarap pada saat sebelum pertunjukkan dimulai, karena dalam menari, penari sintren tidak sadar. Jadi gerakan yang dilakukan hanya diulang-ulang, tidak ada patokan yang membatasi gerakannya.  

0 coment: