MELESTARIKAN TARI
SINTREN
Siapa yang
tidak bangga terhadap kesenian tari di Indonesia yang begitu banyak. Dari
sekian banyak Negara yang ada di dunia, Indonesia lah yang memiliki kesenian
tari yang sangat amat beragam. Mulai dari Sabang hingga Merauke, aetiap suku
memiliki seni tari yang berbeda-beda, mereka memiliki seni tari khas daaerah
mereka masing-masing. Di negara Indonesia terdapat lebih dari 3000 tarian aseli
Indonesia. Akan tetapi, saat ini banyak seni tari yang di miiki oleh Indonesia
tidak terwarisi dengan baik dari generasi ke generasi berikutnya. Perubahan dan
perkembangan zaman, hamper mengikis keberadaan banyak seni tari yang ada di
Negara Indonesia ini. Salah satu kesenian tari asli Indonesia yang hampir punah
yaitu kesenian tari Sintren.
Pertunjukkan
sintren merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Cirebon, yaitu masyarakat
yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian tak ada
masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa adanya masyarakat sebagai
wadah pendukungnya. Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari
beberapa unsur, dalam kebudayaan itu ada tujuh unsur kebudayaan yang salah
satunya adalah kesenian yang di dalamnya terdapat seni rupa, seni gerak, dan
sebagainya.
Kesenian
berasal dari kata dasar “seni” yang merupakan penggunaan kreatif imajinasi
manusia untuk menerangkan, memahami, dan menikmati kehidupan. Kesenian hanya
satu bagian atau satu unsur saja dari kebudayaan suatu bangsa atau suatu
masyarakat dan hubungan antara kesenian dengan unsur-unsur lain dalam suatu
kebudayaan dengan kebudayaan itu di dalam keseluruhannya merupakan suatu
jaringan hubungan-hubungan yang amat kompleks (Koenjtaraningrat, 1972: 3). Kesenian
merupakan hasil kebudayaan yang memiliki kandungan nilai tinggi dan dapat
merefleksikan kondisi kehidupan dan budaya masyarakat pendukungnya. Kesenian
merupakan unsur yang menyangga kebudayaan dan berkembang menurut kondisi
kebudayaan itu.
Kesenian
yang bersifat lokal atau tradisional merupakan jenis kesenian yang hidup di
kalangan suku bangsa tertentu, yang sering kali menjadi dari kehidupan diantara
sesama warga masyarakat. Kesenian tradisional dapat menyerap nilai-nilai
kebudayaan lain melalui kontak dengan masyarakat yang memiliki kebudayaan berbeda
sehingga menjadi bagian dari kehidupan berkeseniannya dan di wariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
Berkenaan
uraian tersebut maka kesenian tari
sintren termasuk kesenian yang bersifat lokal atau tradisional, yaitu kesenian
yang hidup di kalangan suku bangsa tertenu, yakni etnis Jawa. Kesenian sintren
sudah menjadi bagian dari kehidupan di antara sesama warga masyarakat, terutama masyarakat daerah
pesisir pantai Utara Jawa (pantura). Setelah ada kontak dengan masyarakat luar
, sseni sintren mampu menyerap budaya luar teersebut sehingga dalam
perkembangannya dapat memperkaya bentuk kesenian pentas tersebut, seperti dari
pertunjukkan nya yang pada awalnya tanpa menggunakan organ tunggal, mulai di
pertunjukkan menggunakan organ tunggal. Demikian pula penerangan yang digunakan
saat pementasan dengan aliran listrik, serta pakaian yang digunakan oleh para
pemainnya menunjukkan adanya perubahan karena pengaruh zaman dan unsur
kebudayaan dari luar. Selain merupakan kesenian tradisional, tari sinitren ini
juga merupakan seni pertunjukkan yang sering dipertunjukkan pada acara hajatan
pernikahan, khitanan, atau peringatan hari jadi kota. Pada umumnya kesenian
tradisional dapat tetap hidup di daerah yang memiliki kecenderungan tidak
terkena pengaruh dari masyarakat luar.
Dari segi
asal usul bahasa atau etimologi, SIntren merupakan gabungan dua suku kata yaitu
“si” dan “tren”. Si dalam bahasa Jawa berarti “Ia” atau “Dia” dan Tren berarti “tri”
atau panggilan dari kata “putri” yang menjadi objek pemeran utama dalam
pertunjukkan kesenian tari sintren ini.
Sintren
merupakan kesenian tradisional yang berasal dari pesisir utara pantai Jawa Barat dan Jawa
Tengah. Daerah persebaran kesenian ini diantarnya ada di Indramayu, Cirebon,
Majalengka, Jati barang, Brebes, Pemalang, Banyumas, dan Pekalongan. Sintren di
kenal juga dengan nama “Lais”. Kesenian tari sintren ini sebenarnya merupaka
tarian mistis karena di dalam ritualnya mulai dari permulaan hingga akhir
pertunjukkan nya banyak ritual magis untuk memanggil roh atau dewa, agar
kesenian ini awmakin memiliki sensasi seni yang sangat kuat dan tentunya juga
unik.
Pemerhati seni budaya Erwindho menjelaskan, keberadaan
kesenian tari sintren ini hampir punah karena tidak ada warga yang mau
menanggapnya. Jika tidak ada upaya melestarikan kesenian tradisional ini
menurut Erwindho, kesenian tari sintren sebagai salah satu kekayaan budaya dan
kearifan local ini tidak menutup kemungkinan bahwa kesenian tari sintren ini
akan punah dari perbendaharaan buda karena tidak ada warga yang mau
menanggapnya. Jika tidak ada upaya melestarikan kesenian tradisional ini
menurut Erwindho, kesenian tari sintren sebagai salah satu kekayaan budaya dan
kearifan local ini tidak menutup kemungkinan bahwa kesenian tari sintren ini
akan punah dari perbendaharaan budaya bangsa.
Seperti yang diberitakan oleh Radar Tegal (Jawa Pos Group),
salah satu usaha untuk melestarikan kesenian tari sintren ini adalah dengancara
sering diadakan atau digelar acara pertnjukkan kesenian sintren ini. Utamanya
saat acara sedeksh bumi, hajatan, maupun acara pesta di suatu daerah, akan
menarik jika menmpilkan kesenian tari sintren. Karena nya dia sangat mendukung
jika di tiap-tiap kecamatan atau kelurahan perlu di gelar kesenian rakyat, tak
terkecuali kesenian tari sintren. Minimal pertunjukkan rakyat digelar setiap
dua bulan sekali, sehingga warga nya saling silaturahim dan agar saling
bertegur sapa. Kalau setiap kecamatan atau kelurahan, nantinya ada agenda
pertunjukkan kesenian rakyat semisal pertunjukkan tari sintren atau
pertunjukkan kesenian tradisional yang
lain, sehingga iklim kesenian tradisional ini semakin dinamis.
Dalam sejarahnya yang namanya seni tradisional selain
melekat fungsi hiburan juga sebagai sarana kegiatan upacara bersama. Lebih
jauh, kesenian tradisional juga dapat
menumbuhkan semangat nasionalisme. Kesenian sebagai bagian dari kehidupan
masyarakat, keberadaannya harus tetap di jaga dan di lestarikan. Masyarakat
sebagai wadah pendukung suatu kesenia sudah seharusnya mapu mempertahankan
kesenian dari daerahnya masing-masing sebagai ciri khas dari daerah tersebut.
Dalam hubungan ini penulis dapat menegaskan dengan menggunakan tulisan A.S
Susanto yang berjudul Pengantar Sosiologi
dan Perubahan Sosial (1983), bahwa “Kesenian adalah milik bersama dari
suatu kelompok social, karena merupakan pencerminan system nilainya” (1983:91).
Buku tersebut mengemukakan perubahan social yang terjadi dalam masyarakat yang
daoat menyebabkan adanya suatu kebudayaan baru melalui suatu kondisi buatan.
Masyarakat erat kaitannya dengan kebudayaan sebagai hasil dari cipta,rasa , dan
karsa manusia.
Sebagai milik bersama dari suatu kelompok social, yakni
masyarakat kebanyakan, kesenian rakyat yang lahir dan berkembang di dalamnya,
pada munya tidak diketahui tokoh atau orang yang pertama kali menciptakan atau
mempopulerkannya. Hal ini disebabkan oleh karena kesenian rakyat dianggap
sebagai hasil karya kolektif masyarakat penyangganya. Dapat dikatakan bahwa
seni tradisional memiliki nilai dan makna yang tinggi dalam kehidupan manusia,
maka dari itu mari kita lestarikan kesenian tradisonal Indonesia.
0 coment: