Indonesia merupakan kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Keragaman budaya di Indonesia tercipta karena negara Indonesia memiliki berm...

KESENIAN TARI JAIPONGAN



Indonesia merupakan kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Keragaman budaya di Indonesia tercipta karena negara Indonesia memiliki bermacam potensi dan variasi pada setiap daerah yangtersebar di seluruh Indonesia. Keragaman budaya di setiap daerah Indonesia ini adalah ciptaan manusia yang berkembang di tengah masyarakat. Hal ini senada dengan pernyataan D. Mitchell dalam buku besar dasar-dasar komunikasi antar budaya yang mengatakan sebagai berikut “Kebudayaan adalah sebagian dari perulangan keseluruhan tindakan aktivitas manusia(produk yang dihasilkan manusia) yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar dialihkan secara genetikal” (Liliweri, 2013: 101).

Salah satu hasil dari aktivitas manusia yang disebut kebudayaan adalah kesenian. Seni merupakan bagian dari keseluruhan hidup mausia karena lewat seni manusia dapat mengekspresikan emosi yaitu perasaan senang, sedih, dan marah. Kayam mengatakan bahwa kesenian adlah salah satu unsur yang menyangga kebudayaan dan berkembang menurut kondisinya (Kayam, 1989: 19). Kesenian merupakan salah satu unsur dalamkebudayaan yang dapat dinikmati oleh manusia dalam kehidupan masyarakat. Setiap masyarakat memiliki ciri khas sendiri dalam berkesenian karena identitas masing-masing daerah juga berbeda dan tidak dapat terlepas dari kesenian yang dapat dinikmati. Pendapat ini senada dengan Koentjaraningrat yang menyatakan bahwa “Kesenian adalah ekspresi hasrat manusia akankeindahan yang dinikmati”(Koentjaraningrat, 2009: 298).

Ekspresi dalam tari merupakan satu bagian dari seni yang selalu mengalami perkembangan dari zaman ke zaman.Hal ini dikatakan bahwa melalui pembelajaran, seni tari tidak hanya melahirkan manusia yang cerdas dan berpengetahuan semata. Akan tetapi sekaligus pembelajaran seni diharapkan mampu mendidik manusia yang berwatak dan berbudi pekerti luhur, serta diharapkan lebih meningkatkan daya apresiasi tari. Selain itu, pembelajaran seni juga dapat menghargai seni tari yang mengandung nilai-nilai luhur dan dapat memperluas akal budi manusia untuk lebih menjadi arif dan bijaksana.

Jawa Barat memiliki bermacam-macam kesenian yang menarik. Menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang membidangi kesenian dan bertanggung jawab terhadap budaya Sunda yang ada di Jawa Barat terdapat sekitar 200 lebih jenis-jenis kesenian yang terdata. Beberapa jeniskesenian usianya sudah tua (buhun), yang menunjukkan betapa kuatnya akar budaya orang Sunda dalam berkesenian. Hal ini terbukti sampai sekarang, perkembangan kreativitas orang Sunda dalamberkesenian banyak berpijak dari seni-seni buhun yang akhirnya melahirkan jenis kesenian genre baru. Jenis-jenis kesenian yang jumlahnya cukup banyak itu merupakan hasil proses perembangan kreativitas masyarakat Sunda dalam berkesenian, yang telah terjadi sepanjang masa. Artinya seni tradisi tidak bersifat statis (diam) tetapi bersifat dinamis mengikuti perkembangan zaman yang dilalui. Beberapa seni buhun yang sampai sekarang masih terjaga, hidup, dan berkembang di masyarakat adalah jaipongan.

Jaipongan adalah sebuah jenis tari pergaulan tradisional masyarakat Sunda, Karawang, Jawa Barat yang sangat populer di Inonesia. Jaipongan terlahir melalui proses kreatif dari tangan dingin H. Suanda sekitar tahun 1976 di Karawang, jaipongan merupakan garapan yang menggabungkan beberapa elemen seni tradisi karawang seperti pencak silat, wayang golek, topeng banjet, ketuk tilu, dan lain-lain. Jaipongan di Karawang sangat pesat pertumbuhannya di mulai pada tahun 1976, di tandai dengan munculnya rekaman jaipongan Suanda Group dengan intstrumen sederhana yang terdiri dari gendang, ketuk, kecrek, goong, rebab dan sinden atau juru kawih. Dengan media kaset rekaman tanpa label tersebut (indie label) jaipongan mulai di distribusikan secara swadaya oleh H.Suanda di wilayah karawang dan sekitarnya. Tak disangka, jaipongan mendapat sambutan hangat, selanjutnya jaipongan menjadi sarana hiburan masyarakat karawang dan mendapatkan apresiasi yang cukup besar dari segenap masyarakat karawang dan menjadi fenomena baru dalam ruang seni budaya karawang, khususnya seni hiburan masyarakat. Posisi jaipongan pada saat itu menjadi seni pertunjukkan hiburan alternative dan seni tradisi yang sudah tumbuh dan berkembang lebih dulu di karawang seperti pencak silat, topeng banjet, ketuk tilu, tarling dan wayang golek. Keberadaan jaipong memberikan warna corak yang baru dan berbeda dalam bentuk pengkemasannya, mulai dari penataan pada komposisi musikalnya hingga dalam bentuk komposisi tariannya.

Mungkin di antara kita hanya tahu asal tari jaipong ini dari Kota Bandung ataupun malah belum mengetahui darimana asalnya. Dikutip dari ucapan kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Karawang, Acep Jamhuri “Jaipong itu asli Karawang, lahir sejak 1979 yang berasal dari tepak topeng. Kemudian dibawa ke Bandung oleh seniman disana, Gugum Gumbira. Akhirnya dikemas dengan membuat rekaman, seniman-seniman Karawang dibawa bersama Suanda. Ketika sukses, yang bagus malah Bandung. Karawang hanya dikenal gendangnya atau nayaga (pemain musik). Makannya sekarang kami di Disbudpar akan mencoba menggali kembali seni tari jaipong bahwa seni ini seni yang sesungguhnya berasal dari Karawang”.

Tari Jaipong dibawa oleh Gugum Gumbira ke Kota Bandung sekitar tahun 1960-an, dengan tujuan untuk mengembangkan tarian asal karawang di Kota Bandung yang menciptakan suatu jenis musik dan tarian pergaulan yang digali dari kekayaan seni tradisi rakyat Nusantara, khususnya Jawa Barat. Meskipun termasuk seni tarikreasi yang relatif baru, jaipongan dikembangkan berdasarkan kesenian rakyat yang sudah berkembang sebelumnya, seperti ketuk tilu, kliningan, serta ronggeng.

Perhatian Gugum Gumbira pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah ketuk tilu, menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbedaan pola-pola gerak tari yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian menjadi inspirasi untuk mengembangkan kesenian tari jaipong. Sebelum bentuk seni pertunjukkan ini muncul,ada beberapa pengaruh yang melatar belakangi terbentuknya tari pergaulan ini. Di kawasan perkotaan Priangan misalnya, pada masyarakat elite, tari pergaulan dipengaruhi dansa Ball Room dari Barat. Sementara pada kesenian rakyat, tari pergaulan dipengaruhi tradisi lokal. Pertunjukkan tari-tari pergaulan tradisional tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran.

Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara bergaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukkan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogaran. Misalnya pada tari ketuk tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda. Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari daun pulus dan rendeng bojong yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan. Dari tarian itu muncul beberapa nama penari jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal mula kemunculan tarian tersebut menjadi perbincangan. Namun ekspos dari beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal oleh masyarakat, apalagi setelah tari jaipongan di pentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta pada tahun 1980.

Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukkan, baikmedia televisi, hajatan, maupun perayaan yang di selenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah. Kehadiran jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari jaipong, dimanfaatkan oleh pengusaha sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para oenggiat seni sebagai upaya pemberdayaan ekonomi dengan nama sanggar tari atau grup-grup di beberapa wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan jaipongan gaya kaleran (utara).

0 coment: